Tuesday, February 15, 2011

Dua Dimensi Luka



Aku simpan terus janjimu, dalam asa.
Dalam doa, lelapku, juga di tiap- tiap detik yang terus ku teguk.
Hingga nanti tiba saatnya kau tak mungkin lagi berjanji.

Rindu pernah datang begitu saja
Kali ini datang lagi, dan akan terus datang.
Seperti langit malam yang birunya disembunyikan gelap.
Selalu saja begitu.
Aku peluk erat kakiku, duduk dibawahnya.
Hanya ada aku , malam , dan dingin. 
Ada butiran- butiran hangat di ujung mataku yang kemudian membeku di ujung daguku.

Ah, malam tiba tiba saja berubah menjadi getir di mataku. Desiran anginnya lebih terdengar seperti sayatan- sayatan luka.


***
Hujan rintik- rintik di kotaku. Dingin. Aku tak pernah merasakan dingin yang seperti ini, saat kupandangi layar ponselku. Ada pesan masuk. Darinya. "Mas, sore ini temani aku ambil kebaya ya".
Tak lama lagi aku memasuki hidup yang baru. Aku akan segera menemukan diriku, dengan orang lain di dalam kotak hidup yang belum sempat kupilih. Aneh rasanya, memasuki ruang yang tak pernah kubayangkan untuk kumasuki sebelumnya.

Tiga pesan terakhirku belum juga kau balas. Barangkali kau sengaja tak membalsnya untuk menunjukkan bahwa kau marah lantaran cemburu dan patah hati. Aku cemas menerka- nerka. Bisa jadi kau hanya kehabisan pulsa. Ck. Aku berdecak. 
Mungkin memang seharusnya aku tak pernah berjanji. 


***
Sampai saat ini aku belum bisa tidur tenang. Padahal, mungkin saja di sana kau sedang terlelap, atau... Ah, apasajalah!
Andai saja kau tahu, kabar terakhirmu sungguh membuatku sakit.


Bersungguh- sungguh kah kau dulu pernah berjanji? Atau hanya terlampau kasihan untuk membuatku kecewa?
Di sini aku lebih dari sekedar kecewa  yang sepertinya  (lagi- lagi) belum sempat kau bayangkan.

***

















Kairo, 
Konser sedih.

16 Februari 2011.

No comments: