***
May sayang,
Kau berkata bahwa aku adalah
pelukis dan penyair.
Aku bukan
pelukis, May, juga bukan penyair.
Aku menghabiskan hari-hariku untuk
melukis dan menulis, namun aku
tidak menyatu dengan hari-hariku.
Aku adalah awan, May, awan yang
membaur dengan benda-benda,
namun tak pernah menyatu
dengannya.
Akulah sang awan, dan
dalam awan itu terdapat
kesunyianku, kesendirianku, lapar
dan hausku.
Tetapi yang membuat
duka hatiku ialah bahwa awan itu,
yang menjadi kenyataan diriku,
merindukan seseorang yang berkata,
“ Di dunia ini engkau tidak sendiri,
tetapi kita berdua bersama, dan aku
tahu siapa dirimu. ”
Katakanlah, May, adakah di sana
seseorang lain yang mampu dan rela
mengatakan padaku, “Akulah sang
awan yang lain. Wahai, awan, marilah
kita menebarkan diri di atas bukit-
bukit dan di lembah-lembah; marilah
kita berjalan-jalan di atas pepohonan
dan di sela-selanya, marilah menutup
batu-batu karang yang tinggi, marilah
menembus hati umat manusia,
marilah mengembara ke tempat-
tempat jau yang tak dikenal dan
berpagar benteng. “Katakanlah
padaku, May, adakah seseorang yang
mampu dan rela mengucapkan
setidak-tidaknya salah satu dari kata-
kata ini?
Gibran
***
Ini tentang Gibran dan May.
Tak perlu keduanya bertemu untuk berkasih.
Sebab keduanya saling hidup dalam hati masing- masing.
***
No comments:
Post a Comment