Monday, February 7, 2011

"Hujan Lokal" Kairo, di Ambang Magrib

Tak akan ada lagi nadi- nadi yangt berpacu untuk kau mengertinya.

Biar nanti kamu saja yang memahaminya sendiri.

Kalau di detik selanjutnya suara nafasku tak lagi kau dengar,

itu bukan berarti ku telah mati.

Tidak, aku tidak mati.

Mana mungkin aku rela mati sementara ribuan kalut meremas- remas hati ini?

Hanya sulit bernafas.

Sungguh harummu semakin membuatku sesekali menahan helanya.

Kau semakin indah.

Mungkin itu yg membuatku tak boleh lagi memegang pundakmu.

Kau membutuhkan tangan yg juga indah untuk dibiarkan mengusap dan menguatkan keduanya.

Aku menyesal, belum sempat benar- benar menenangkanmu

Kairo, 16- September- 2010

No comments: