Thursday, March 31, 2011

كان نفسي اعرف - Elissa

Direct link to listen the song  on  YouTube; Elissa- kan nefsy a3raf  ,


Arabic text 



كان نفسي اعرف قد ايه حبيتني 
وفاكرني ولا خلاص يا غالي نسيتني 
كان نفسي اعرف قد ايه حبيتني 
وفاكرني ولا خلاص يا غالي نسيتني


من يوم فراقنا وانا بشتاق إليك 
جربت بعدي ازاي قدرت تفوتني

ماعرفش ليه فكرت فيك 
وسئلت روحي ازاي تكون حبيت بجد 
وقدرت تبعد عني يوم 
وقدرت تتحمل فراقي وبينا وعد


ماعرفش ليه فكرت فيك 
وسئلت روحي ازاي تكون حبيت بجد 
وقدرت تبعد عني يوم 
وقدرت تتحمل فراقي وبينا وعد


من يوم فراقنا وانا بشتاق إليك 
جربت بعدي ازاي قدرت تفوتني


مش عارفة بعدك ليه مأثر فيّا 
يمكن عشان يا حبيبي صعب عليّا

مش عارفة بعدك ليه مأثر فيّا 
يمكن عشان يا حبيبي صعب عليّا

معقول نسيتني قوام والله حرام 
طب فين كلام الحب والحنيّه


ماعرفش ليه فكرت فيك 
وسئلت روحي ازاي تكون حبيت بجد 
وقدرت تبعد عني يوم 
وقدرت تتحمل فراقي وبينا وعد


من يوم فراقنا وانا بشتاق إليك 
جربت بعدي ازاي قدرت تفوتني



How to pronounce it :
kan nefsy a3raf ad eeh 7abetny
we fakerny wala 7'alas ya 3'aly nesetny
men youm fora2na wana bashta2 eleek
garabt bo3dy ezay 2edert tefotny
2x
ma3rafsh leeh fakart feek
we sa2alt roo7y ezay tekoon 7abeet begad
we 2edert teb3ed 3any youm
we 2edert tet7amel fora2y we benna wa3d
men youm fora2na wana bashta2 eleek
garabt bo3dy ezay 2edert tefotny
2x
mesh 3arfa bo3dak leeh me2asar feya
yemken 3ashan ya 7abeeby sa3b 3alaya
ma32ool nesetny awam .. walla 7aram
tab feen kalam el 7ob wel 7eneya
2x
ma3rafsh leeh fakart feek
we sa2alt roo7y ezay tekoon 7abeet begad
we 2edert teb3ed 3any youm
we 2edert tet7amel fora2y we benna wa3d
men youm fora2na wana bashta2 eleek
garabt bo3dy ezay 2edert tefotny



Indonesian Translation


Andai kutahu seberapa besar cinta seorang engkau padaku
Ya ghaly, apakah kau masih menyimpan aku dalam ingatmu atau justru menghapusku?

ku telah merindumu bahkan sejak pertama kita berpisah 
kau jauhi aku, mengapa kau tinggalkan aku


Entah, mengapa masih ku memikirkanmu
yang kemudian semakin memperbanyak tanya dalam jiwa
tentang kala dimana kau mencintaiku dengan sangat,
kemudian di lain waktu  menjauh lalu meninggalkanku aku
padahal di antara kita pernah ada janji

 ku telah merindumu bahkan sejak pertama kita berpisah 
kau jauhi aku, mengapa kau tinggalkan aku

Entah, kudekap perih yang membekaskarena pergimu
mungkin sangat berat untukku melepasmu

Sampai hatikah kau dan tekadmu melupakanku?
kemana pergi kata- kata manis yang pernah kau ucap


Entah, mengapa masih ku memikirkanmu
yang kemudian semakin memperbanyak tanya dalam jiwa
tentang kala dimana kau mencintaiku dengan sangat,
kemudian di lain waktu  menjauh lalu meninggalkanku aku
padahal di antara kita pernah ada janji

 ku telah merindumu bahkan sejak pertama kita berpisah 
kau jauhi aku, mengapa kau tinggalkan aku



(gila.... versi bahasa indonesianya ko jadi ancur gini? )


Tuesday, March 29, 2011

Rakyat Perebut Ruang Hati


Corat- coret sebelum; "Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut"


Di dalam hati ini, Ada dua ruang.
Ruang untuk orang yang dikasihi dengan sangat.
Satu lagi, ruang untuk orang yang dibenci dengan sangat.
Kemudian ruang untuk orang yang berlabel " biasa-saja", bertempat di otak. Otak saja.


Lalu ada orang yang memilih tempat bersama orang- orang "biasa -saja". Karena takut dimasukkan ke ruang ke- dua.


Ada juga yang memaksa memilih ruang pertama, di hati. Yang akhirnya tertolak dan mendapat ruang ke-dua. (Walau) Di hati juga. Kemudian ia berpikir mungkin ruang ke-tiga lebih baik untuknya. Meskipun bukan di hati. Sebab, apalah arti "di hati" kalau hanya untuk dibenci.


Ada yang tidak memilih, tapi ruang pertama selalu ada untuknya.( itu ruang di hati untukmu, selalu buatmu)


Kalau aku, aku memilih tidak ketiga- tiganya, jika ruang pertama tidak mungkin dimasuki.
Tidak di pikiran. Tidak di hati.
Sayangnya, tidak semudah itu.

Enggan Terlelap

 ( sedang sulit tidur )

Benci yang dipendam lebih menyiksa daripada cinta yang dipendam. 
Aku tahu betul apa- apa yang membuatku membenci. 
Seperti halnya kutahu betul apa- apa yang membuatku mencintai. 
Aku tidak punya cukup lara untuk kuendap di samping tawamu. 
Malamku merah darah, antara doa untuk yang dikasihi - ego meneriaki hati yang dibenci

Lebih Dari Cukup


Kau memilihku kemudian menjadi sebuah tanggung jawab bagiku.
Tanggung jawab untuk memmbuatmu tidak kecewa dengan pilihanmu,
Ku memilihmu kemudian menjadi sebuah tanggung jwaba yang sama bagimu.
Tanggung jawab untuk membuatku tidak kecewa dengan pilihanku,
Bersama kita jaga, bersama kita melangkah. 
Menguatkanmu, kaupun menguatkanku. 
Apalagi yang kurang? 

Terlalu Sama



Hampir setengah jam aku berdiri di sini, setelah tadi  berlari berusaha mengejar bis yang biasa lewat blok tempat aku tinggal. Percuma, bis itu tetap saja tidak berhenti. Akhirnya aku kembali ke mahattah, menunggu dan berharap akan ada bis yang bisa aku naiki untuk pulang. 

Angin akhir musim dingin menepuk- nepuk pipiku. Memainkan kerudung, membuatku lebih merapatkan jaketku sekedar mengurangi rasa dingin yang mencoba menyusup. Aku juga ingat, beberapa tahun lepas ketika kau masih ada, kau sering mencandaiku dan membuatku lupa cuaca Kairo yang dingin karena sepanjang jalan kau buat aku tertawa. Sayang, waktu terlalu cepat menyeret semuanya.

Kusipitkan mata mencoba membaca jurusan tiap bis yang lewat. Sedikit kecewa, akhirnya aku memilih duduk di bangku mahattah itu. Kulanjutkan menyipit- nyipitkan mata, semoga bis yang kuharap segera lewat. Bisikku dalam hati sembari berjanji tidak akan pulang selarut ini. 

Lampu- lampu di pinggir jalan, angin malam. Diam- diam aku menikmati suasana ini. Bapak- bapak di sampingku menannyakan apakah bis nomor sekian lewat di mahattah ini? Aku mengagguk kecil sambil sedikit tersenyum. 

Kutatapi jalanan beraspal itu, setenagh putus asa, dan seorang pemuda manis berlari kecil menyebranginya. Orang Indonesia, tebakku. Pemuda itu kemudian duduk d bangku pas di sisi kiriku dengan menggsok- gosok kedua telapak tangannya dengan sesekali meniupnya.  Sisa parfumnya yang menguap dari tubuhnya yang tegap, dan lagi- lagi mengingatkanku padamu. Wanginya juga, serupa benar dengan wangi parfummu. Pemuda itu tersenyum, aku membalasnya sambil mengangguk kecil. Senyumnya juga senyummu.

 Aku menarik dalam- dalam nafasku. Entah, sepertinya semuanya seperti menjadi satu menjadi sebuah pusaran yang menyeretku lebih dalam untuk mengingatmu. Semuanya; malam yang dingin, lampu- lampu sepanjang jalan, kerudungku yang dimainkan angin,  wangi parfum, bahkan jam tanag berwarna hitam yang melingkari pergelanagn tangan pemuda tadi.  Gerakannya melihat jam tangannya begitu mirip dengan gayamu melihat jam tanganmu yang juga berwarna hitam ketika itu.  

Di mahattah ini juga beberapa tahun silam, dan kau menunggu bis untuk  mengantarku pulang ke rumah. "Harus diantar sampai depan rumah, mama kaka selalu pesan gitu", ujarmu ketika aku menolak untuk diantar. 

Aku tiba- tiba sangat merindui awal- awal ketika kita baru saling kenal. Aku tersenyum getir. Mengingatmu tak lagi manis, tapi nyeri. Lalu aku melangkah gontai menaiki bis yang dari tadi aku tunggu. sepanajng jalan aku mencari cara untuk menghapus bayangmu, supaya malam ini aku dapat tidur lelap.


@@@

Thursday, March 24, 2011

Tanpa Temu

Untuk beliau yang belum sempat aku temui. Semoga telah tenang di sisi- Nya;



Aku pernah mendengar namanya,
lewat indah namamu.
Aku simpan wajahnya, lewat indah
wajahmu.
Rindu kemudian terbentuk lewat temu
yang tidak pernah ada.
Rindu kemudian memilu ketika benar,
aku tak sempat memintamu untuk aku
ada.
Entah, ada doa dan sayang untukmu,
walau tanpa temu.
Demi Tuhan, itu selalu.
Kemudian, hilangkan wujudku
sungguh tak apa, karena ku tahu,
kita tanpa temu.

Sunday, March 20, 2011

Mencemburui Mentari


Bulan, terangku habis padamu kuberi untuk berpendar
di mana senyummu untukku enggan sekali kau lepas.












#1  Mengapa hanya pada mentarimu?
       Bukankah terangku bahkan seluruh-ku  juga  aku serah?

Mungkin  kurang luas kosong yang kau tinggal untukku
Aku bisa mengeruk dinding ruangnya jika kau mau
Agar bertambah sedikit luas walau tiga utas rambut.



#2  Mengapa hanya pada mentarimu?
       Bukankah padaku juga pernah kau lepas resah?

Malam ini kulipati lagi kain- kain waktu
kulipat kenangan, seperti baju lama lalu aku simpan di almari rindu
Ketika kelak kau mengambilnya kembali, 
akan kau temui aromanya masih seperti dulu



#3  Mengapa hanya pada mentarimu?
       Bukankah aku dari semua maya yang kau anggap nyata?

Kubawa pulang bayang- bayang hitam
yang kupungut di  kaki maghrib 
"Aku tidak akan merusak kepedihan ini hingga menjadikannya berlebih"
Janjimu lagi.





Kau bulan, dengan sejuta terang yang mendamba

Wednesday, March 16, 2011

Cerita


Ada beribu cerita
tapi kita tak perlu mendengarnya semua
karena manusia selalu menyimpan ceritanya masing- masing
Kalau diapaksa mendengarnya ada dua hati yang kemudian sakit

Ada beribu cerita
Tapi tak perlu kita cari tahu semua
Entah itu ceritamu
atau ceritaku

Angin dan Rindu


Angin di ujung musim dingin kian mendesah
Aku kira hanya penyimpan rindu yang biasa berdesah
Ternyata anginpun berdesah
Angin juga merindu


 Kutemui lagi engkau dalam perjalananku pulang
Dingin di sepanjang jalan
Tapi ada wajahmu, itu selalu
Sayang kau tak lagi menungguku

Angin terus berdesah
Apakah ia selalu merindu?
Tak digubrisnya matahari yang berusaha menghentikannya
dengan panah- panah panas yang terus menembus punggungnya

Di Balik Selendang Morpheus


Kau bilang jalani saja
Tapi jiwa hati ini terus berlari
Kau bilang jalani saja
Jiwa hati - Jiwa hati berlari 


Aku tersesat dalam rimbun pesonamu
Pun tak membuatku mencari jalanku pulang
Aku hanyut dalam senyummu
Pun tak membuatku mencari tepi agarku pulang


Kau bilang jalani saja
Tapi jiwa hati ini terus berlari
Kau bilang jalani saja
Jiwa hati - Jiwa hati berlari 


Kini aku di balik selendang  morpheus. 
tiap malam aku hapus rindu lewat mimpi- mimpi tentangmu
Kini aku di balik selendang  morpheus. 
kini kau mengerti, mengapa aku tetap di balik selendangnya


Aku masih dengan mimpi tentangmu 
saat bulan sabit tegak lurus di atasku
Ia seperti tertawa
Apakah ia selalu bahagia?

Sunday, March 13, 2011

Lewat Sayap Kupu- Kupu


Kepak sayap di sepanjang lorong sanubari
Merdu di tiap- tiap langkah
Nada- nada terus menyusun senandung hidup 
Mengalun sembari membisik lembut  

Berjuta harap
dibalut sayang
Doa indah ibu,
lewat sayap kupu- kupu

Mereka pasti kuusahakan terbang,
terbang menuju hatimu
Berumah di jantungmu
selamanya. 

Bisa kau warnai sendiri sayapnya
warna- warni  indah  untuk hidup anakmu
Bisa kau siisipkan wangimu di setiap sisinya
biar di sini, rinduku sembuh

Berjuta harap
dibalut sayang
Doa  indah ibu,
lewat sayap kupu- kupu

Awan- Awan Mimpi

Mimpiku tinggi menembus langit
Di antara awan-awan, sebagai jaringnya
Kucoba menangkapnya.
Tapi gagal.
Kucoba lagi, namun gagal lagi.



Lubang- lubang jaring itu masih terlalu besar,
mimpiku tertangkap lalu keluar lagi.
Kuharap waktu bisa membantu,
Mengecilkan sekat- sekat jaring dengan bala detiknya.




Agar kemudian,
aku mampu menggapaimu

Friday, March 11, 2011

Seperti Bukan Engkau

Rindu di Dalamnya
(*)
Bukan engkau tapi seperti engkau
atau
itu engkau tapi bukan seperti engkau

Berpegangan jemariku
pada kisi- kisi hatimu
Semakin kuat kugenggam
tingkahku diperhatikan malam

tanganku berdarah
tersayat tajamnya kisi hatimu
lalu aku oleskan merahnya pada bulan
biar malammu ikut merah, semerah
hatiku



(**)
Engkau tapi bukan seperti engkau
atau
itu bukan engkau tapi seperti engkau

Yang sudah tak pernah lagi ada
Seperti tidak pernah ada
Kalau kau kenal galau ini
Kau akan faham rasa sayang ini

Aku pun,
(Kau juga akhirnya)
Sampai di suatu persimpangan
Persimpangan yang selalu saja sama




(***)
Bukan engkau tapi seperti engkau
atau
itu engkau tapi bukan seperti engkau

Tanpamu, aku tetap punya teman
bernama rindu
dari mana gerangan ia masuk (entah)
sampai tak terasa olehku
tidak juga oleh waktu

Kemudian dia (teman baruku)
membawaku menyelam
ke dalam sepasang mata
dalam, sangat dalam
tenang, sejuk di dada

Itu matamu
Hanya engkau yang memilikinya
Itu matamu
Hanya aku yang merindunya

Friday, March 4, 2011

The Ringtone


Aku lewati sore tadi dengan 'berenang' di kolam kata. Baris demi baris. Awalnya di satu baris, kemudian dua, kemudian sepuluh, kemudian seratus, kemudian seratus sekian, dua ratus, dua ratus sekalian  dari halaman- halaman buku yang ada. 

Ada lampu yang bukan hanya terang, tapi hangat juga aku rasakan alirannya.
Ada teh hangat, bukan hanya sensasi manis menjalari titik2 rasa di lidah, tapi juga rasa sakit di perut yang alhamdulillah sedikit reda olehnya. 
Ada kotak tissue, pulpen, dan buku nota kecil.
Juga handphone dengan headset tersemat di telinga. 
Aku pilih playlist di music yang aku beri nama "Indonesia". Di dalamnya lagu- lagu Indonesia yang aku pilih tadi pagi dan aku transfer dari PC ke handphone saat having morning tea tadi. 
Eh, ko ada No More Sorrow? wah, satu lagu barat nyelip :P.

Lagu demi lagu terus berganti teralun.
Tiba- tiba , DEG!! lagunya Tere; Pasangan Sepadan!! Reflek aku pencet tombol hold. Aku lupa, kalau sebenarnya lagu itu juga aku masukkan di dalam playlist "Indonesia" tadi. Aku nyengir sendiri, karena aku ingat, dan selalu ingat, lagu itu aku set jadi ringtone khusus buat seseorang. Huah, deg- degannya belum hilang juga. Keadaanya mungkin sama dengan  bibirku, shock dengan job dadakan dari otakku --untuk senyum dan senyum-- yang aku bayangkan sekarang berubah warna jadi semi-pinkgitu. Ah, kacau. :p

Ku lepas kacamataku, meletakkannya di atas buku tadi, meresapi lebih khusyu' lagi  warna merah muda yang dihasilkan oleh intro lagu Tere tersebut . Ku raih cangkir tehku, menyeruputnya, mencoba sebisa mungkin untuk tidak salting. Juga berharap dengan begitu bibirku bisa istirahat sejenak dari sudden job- nya. 


Kau tahu rasanya? indah.









Kairo , 
Saturday, February 26, 2011