Jiwa baru itu terbangun, mungkin sadar; bukan tempatnya di rindang ini.
Pelan bibirnya manis berbisik,
Tentang waktu yang mengantarnya untuk pulang; dan itu ancaman.
Tentang rindang yang ia curi dari jiwa yang lain, demi dan walau sekejap.
Malam tanpa gelap,
Siang tanpa wangi mentari.
Berbaur kesan sesal; sedang hatinya berharap rindang itu untuk tetap ada untuknya.
Namun pada lengan malam ia tersenyum penuh arti; sudah hampir sempurna makar ia coba dirangkai.
Tanpa ia gubris, jiwa lain ia jeruji.
Jeddah,
Kerajaan Pertama
No comments:
Post a Comment