Friday, October 19, 2012

Pada- Mu


Kepada Yang selamanya aku akan pulang
Kepada Yang untukku telah menjadi  Rumah
sebelum dengan hakikat-Nya aku ingat

Kepada Yang selamnaya aku akan bermuara
Kepada Yang untukku telah menjadi  Laut
sebelum dengan biru-Nya aku kenal

Kepada Yang selamanya aku kaitkan harap
Kepada yang untukku menjadi segala
tanpa pernah Ia 'menjadi' karena ia telah ada

Kepada Engkau,
Kepada Yang selamnaya kulelapkan mimpi
genggam aku
yang selamanya akan berseranggung ringkuh
di hadap-Mu.


Coba Tanya



Coba tanya pada putih melingkar sinar di atasnya
kita berjalan di lorong waktu yang juga dulu mereka jalani
atau tiap kita dan mereka membawa petak waktu
yang serupa tapi tak sama?

Coba tanya pada putih melingkar sinar di atasnya
Kita berlari di musim yang juga dulu mereka lewati
atau tiap kita dan mereka membawa sisipan- sisipan musim
yang serupa tapi tak sama?


Atau tanya pada ia- nya
tua yang hafal tiap jengkal
tiap tikung juga terjal
Mungkin pernah serupa kita dia bertanya
dan entah di mana ia telah temukan jawabnya

Engkau di Cangkir Kopiku


Biar dihanyut namamu dalam cangkir kopi pagiku
namamu yang masih manis kurasa
walau juga  bersatu pahit hitam kopi
yang juga kelam dengannya.

Biar mengendap namamu di ampas kopi pagiku
namamu yang terus mengapung berputar
walau kupaksa tenggelam dengan sendok besi
yang juga menyerah dianya

Biar ditelan namamu ikut terus dengan aliran kopi
namamu yang masih merintang di rongga dada
walau juga setelahnya kupaksa hilang oleh remah roti
yang juga rapuh dengannya.

Dan di temaram bulan masih saja kutemukan engkau
di piring  makan malamku.
Dari mana engkau kembali?
mungkin tadi siang dari peluh
yang ter- mentari pori kenangan.